NGANJUK – JATIM , ASPIRANEWS.ID –Guna mengingat dan mengenang kejayaan Kabupaten Nganjuk, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk menggelar tradisi boyongan. Pelestarian prosesi boyongan ini juga diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi warga, khususnya yang selalu melestarikan dan mengembangkan obyek wisata di Kabupaten Nganjuk.
Prosesi boyongan digelar dalam rangka memperingati hari perpindahan pemerintahaan yang saat ini sudah menginjak usia ke-143 tahun.
Acara ini dibuka langsung oleh Bupati Nganjuk Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.M., MBA., berangkat dari Alun-alun Berbek menuju Kota Nganjuk pada Selasa (6/5/2022) siang.
Setelah sebelumnya terjadi polemik antara hari jadi dan boyongan, akhirnya kita bisa melaksanakan boyongan, sesuai dengan dokumen laporan residen Kediri kepada Bupati Hindia Belanda No. 3024/4205 tanggal 8 Juni 1880, tutur Kang Marhaen sapaan akrab Bupati Nganjuk.
Dilaksanakannya budaya boyongan ini menjadi bukti sejarah dan berdirinya pemerintahan Kabupaten Nganjuk. Di mana sebelumnya berada di Kecamatan Berbek, kemudian beralih atau pindah di Kecamatan Nganjuk sebagai kota pemerintahan.
Proses pemindahan dari Berbek ke Nganjuk ini masih terjaga kelestariannya hingga saat ini.
Semua masyarakat ikut memiliki, semua mayarakat ikut merayakan. Mari saling bahu-membahu untuk bersinergi dan berkolaborasi demi mewujudkan Nganjuk Bangkit, ujar Bupati Nganjuk.
Untuk diketahui, prosesi boyongan diawali dari Alun-alun Berbek menuju Pendopo Kabupaten Nganjuk dengan menggunakan kendaraan yang dihias sedemikian rupa. Sementara peserta pawai juga turut diikuti oleh Forkopimda, Forkopimcam se-Kabupaten Nganjuk, dan Orgarnisasi Perangkat Daerah Kabupaten Nganjuk.
Turut meramaikan kegiatan tersebut di antaranya, pemerintahan desa/kelurahan se-Kabupaten Nganjuk, pengusaha dan berbagai komunitas. Mereka kompak memikul tumpeng dan hasil bumi yang nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat di Alun-alun Nganjuk.
Mobil terdepan iring-iringan ditumpangi Bupati Nganjuk beserta Yuni Marhaen Djumadi, disusul Ketua DPRD Nganjuk, Forkopimda Nganjuk, dan institusi lainnya.
Pawai iring-iringan pejabat teras ini merupakan simbol perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Nganjuk yang dulu dipusatkan di Kecamatan Berbek, berpindah ke jantung Kota Nganjuk seperti sekarang, yakni di Pendopo Kabupaten Nganjuk.
Iring-iringan ini mendapat sambutan yang meriah dari seluruh masyarakat yang tumplek-blek berjajar di sepanjang jalan yang dilewati pawai, hingga bertumpah ruah menuju alun-alun Nganjuk.
camat BARON Gunawan wibisono mengatakan kepala desa yang ada di kecamatan baron hari ini kompak memperingati hari boyong ke 143 tahun . yang hari ini kita peringati bersama
kali ini boyong bersamaan sedekah bumi salah satu adat istiadat yang setiap tahun juga di peringati di wilayah desa yang ada di kecamatan baron . hari ini seluruh kades se kecamatan baron kita gerakan untuk sama sama peringati boyong .di nganjuk dengan tampilan yang berbeda. ujar Wibisono camat baron. .
,
Alhamdulillah, seperti yang kita lihat semua animo masyarakat begitu besar. Ini membuktikan bahwa hari boyong bukan hanya milik pemerintah, namun juga milik masyarakat Nganjuk, tuturnya.
Lebih jauh ia berharap, dengan gelaran boyongan dan sedekah bumi ini dapat mewujudkan Kabupaten Nganjuk yang lebih maju dan sejahtera.
Kami berharap, dengan adanya boyong ini Kabupaten Nganjuk semakin solid, karya-karyanya semakin bagus, inovasi-inovasi yang dilaksanakan semakin baik, dan Nganjuk bisa bangkit semakin melesat, pungkasnya. .,(.swr.)